Rabu, 16 Maret 2011

HAUSFRAU


1/

Aku ingin mengabdi

Kepadamu

Tanpa nama juga agama

Aku ingin mengembara

Kepadamu

Tanpa surga dan neraka

Aku hanya ingin menggigil

Oleh runtuhan hujanmu

Membeku bergemeretak

Oleh amukan dinginmu.

Mengering dan melepuh

Oleh panasmu

Tenggelam

Bersama deras

Aliran sungai

tanpa ujung

2/

Sembunyikan aku

Di mana aku bisa terkapar

Di mana aku bisa menjadi kerdil

Di mana aku bisa bersembunyi

Dari Parasmu

Yang terus menyeringai

Menggerogoti ulu nafasku

Merayap

Dalam nadi

Dan Juga nyawaku

Merambat

Menjuluri

Sisa nafas

hidupku

Lembayung Di Tasikmalaya II

1/

Memahami keseimbangan

Menyepi dalam kebimbangan

Mengucilkan diri di balik lelap malam

Menyelimuti diri di antara

Sayup – sayup ketenangan

Meresapi dan membaur

Bersama keteraturan bumi

2/

Mari kita dengarkan

Perbincangan pepohonan

Mari kita bersenda gurau

Bersama riak meliuk

Sungai – sungai desa

Terlelap oleh senandung serangga

Di balik pematang

Juga shalawat angin

Yang berarak dengan gemulai

Di sela – sela ilalang

Mari kita bersepakat dengan burung – burung

Mencari gejala – gejala kehidupan

Di balik kabut pagi

Menasbihkan kerendahan hati

Bersama guguran mentari

______________________________________________________________________________

Maret 2011

Riyadhus Shalihin

Lembayung Di Tasikmalaya I


1/

Tasikmalaya

Aku datang kepadamu

Dengan setangkai lepuh

Juga segenggam lelah.

Namun

Langitmu sungguh khas

Dan lembut.

Menghembuskan ruh – ruh

Dalam setiap dawai angin

Yang terasa layu

Mengecupku perlahan – lahan.

Izinkan aku untuk mendambamu

Izinkan aku larut

Pada jernih sungaimu.

Terbawa wangi padi

Dan

Tercerai – berai

Oleh derasnya

Air mata desa.

2/

burung – burung mungil

Kenes

Menjamu kedatanganku.

Rendah – rendah

Berputar dengan riang

Di sekitar pematang.

Seakan meminangku

Untuk menjelajahi langit.

Sahut menyahut rimbun dedaunan

Dan semilir malu

Gerak ranting yang berdesir

sungguh melengkapi simfoni di hatiku.

Sawahmu adalah

Sulur kehidupan

Tanpa ujung

Yang membuatku

Semakin sepi.

3/

Maukan kau selalu

menyanyikanku

keheningan surau - surau

Maukah kau

membawaku

ke suatu tempat

Dimana mendung

Adalah kuil bagi

Burung –burung

Melahirkan kesunyian.

Jumat, 04 Maret 2011

KALA DURGA


Untuk Panca Erva Safitri

Senyap malam ini benar - benar membuatku merasa mundur

Menjiwai tunduk

Pada setiap detik ingatan yang mengalah

Imaji gundah kala durga menguntai resah

Pada hirauan yang membumbung tinggi

Pada harapan – harapan yang menjulang sakti

Dan kepada cerita – cerita takjub yang bermuara dalam sejumput nada lugu

Aku tertuju mendayu

Seketika lintasan darma menabrakku

Bersaksi atas gagu dan dinginnya waktu

Teringatkah kau akan cumbuan paku dan denyut sumbu merayu

Yang menjalari hisap hijau lumut petang

kala kau bersenandung tentang risau dan alam mahaga

tentang persinggahan mudamu

yang acapkali berteduh layu pada hujan hujan mungil berpola

Sadarlah gumpalan mabuk

Ini adalah senyata – nyatanya sesak pelajaran

Pengasingan riwayat bagi rabi yang terdampar

Bagi abu batu, kotor sisa yang enggan bergeming

Jurang nalar, jendela runtuh

Menerjunkan bahagia pada kalam tipu

Hilang yang kesepuluh

Rintik yang tersipu

Banjir yang berwajah

Dan kata katamu hanyut

Hawa ini semakin sesak

Hembusannya getir menyepi

Riak Ikal berombak

Berdendang dengan sangat pelan

Pasti, tentu akan ku hirup lagi dan lagi

Hingga asap asap murah kembali terbakar

Menyusup kering babak dan risalah

Dalam partitur acak

Irama tenggelam

Sepi pagi

Tarian mazbur

_____________________________________________________________________________________

Februari 2011

Riyadhus Shalihin