Untuk Butet Kertaradjasa
Mukjizat !
Tiket – tiket itu habis terbakar
Mengepul bersama kumis kumis tipis juga kacamata bundar yang bulat dan tak berhidung
Gelap ! gawat ! linu ! perih !
Lampu gedung menjadi gundah dan orkes panggung gelap dalam pikiranku menyatakan protes yang ketujuh
Suasana memerah, kalang kabut menghitam, para penonton hilir mudik bisu membatu
Geremah geremuh
Aku melihat wajah – wajah gomgoh, wajah – wajah ah oh
Bederap – derap cepat mengendap ! bersembunyi dan pura – pura mengerti
Erotik ! fantastis
Kepala – kepala itu turun naik seperti jembatan gantung yang meliuk – liuk
Terguling – guling di lantai lalu terinjak oleh kaki mereka sendiri
Bola mata mereka mencair
lincah berloncatan
sutradara terlihat sibuk memunguti mata – mata yang pecah
operator lampu berjatuhan bagaikan bola - bola nebuska yang meletus runtum
para aktor terberak - berak di langit gedung
mulut – mulut bergantungan
telinga – telinga menendang nendang
ada yang menjilat – jilat keningnya sendiri
semua mengambil nafas
semua mengunyah sepatu
Berhenti !
Diam di tempat
Lihat layar panggung telah dibuka
Pertunjukan baru saja bocor di bawah kepala kursi kalian.
______________________________________________________________________________
Februari 2011
Riyadhus Shalihin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar